Kabupaten Kapuas dengan ibukotanya Kuala Kapuas
adalah satu satu kabupaten otonom eks daerah Dayak Besar dan Swapraja
Kotawaringin yang termasuk dalam wilayah Karesidenan Kalimantan Selatan.
Suku Dayak Ngaju merupakan penduduk asli Kabupaten Kapuas. Suku ini
terdiri dari dua sup suku: Suku Oloh Kapuas – Kahayan dan Oloh Otdanum.
Menurut penuturan Pusaka “Tetek Tatum”
nenek moyang suku Dayak Ngaju pada mulanya bermukim disekitar pegunungan
Schwazener di sentra Kalimantan (Alang 1981). Barulah pada perkembangan
berikutnya suku Dayak Ngaju bermukim menyebar di sepanjang tepi Sungai
Kapuas dan Sungai Kahayan.
Pada
abad ke-16 dalam naskah Negarakertagama yang ditulis oleh pujangga Empu
Prapanca dari Majapahit pada tahun 1365 M, menyebutkan adanya pemukiman.
Kemudian dalam naskah hikayat Banjar, berita Tionghoa pada masa Dinasti
Ming (1368-1644) dan piagam-piagam perjanjian antara Sultan Banjarmasin
dengan pemerintah Belanda pada babat ke-19 memuat berita adanya
pemukiman sepanjang Sungai Kapuas dan Sungai Kahayan yang disebut
pemukiman Lewu Juking.
Lewu Juking merupakan sebuah pemukiman
berumah panjang yang terletak di muara Sungai Kapuas Murung (bagian
barat delta Pulau Petak yang bermuara ke Laut Jawa) sekitar 10 km dari
arah pesisir laut Jawa yang dipimpin oleh kepala suku bernama Raden Labih.
Penduduk Lewu Juking dan penduduk sekitarnya sering diserang oleh
rombongan bajak laut. Walaupun beberapa kali rombongan bajak laut dapat
dipukul mundur oleh penduduk Lewu Juking dan sekitarnya, tetapi penduduk
merasa kurang aman tinggal di daerah tersebut, sehingga pada tahun 1800
banyak penduduk pindah tempat tinggal mencari tempat yang jauh lebih
aman dari gangguan bajak laut.
Akibat perpindahan penduduk Lewu Juking dan
sekitarnya, maka sepanjang arah Sungai Kapuas dan Sungai Kapuas Murung
bermunculan pemukiman-pemukiman baru, seperti di tepi Sungai Kapuas
Murung muncul pemukiman Palingkau yang dipimpin oleh Dambung Tuan,
pemukiman Sungai Handiwung dipimpin oleh Dambung Dayu, pemukiman Sungai
Apui (seberang Palingkau) dipimpin oleh Raden Labih yang kemudian
digantikan oleh putranya Tamanggung Ambu. Sedangkan ditepi Sungai Kapuas
terdapat pemukiman baru, seperti Sungai Basarang dipimpin oleh Panglima
Tengko, Sungai Bapalas oleh Panglima Uyek dan Sungai Kanamit dipimpin
oleh Petinggi sutil.
Penyebaran penduduk disepanjang tepian
sungai tersebut tidak dapat diperkirakan ruang dan waktunya secara
tepat. Kawasan ini pada bagian hilirnya masih merupakan rawa pasang
surut yang tidak mungkin menghasilkan rempah-rempah sebagai komoditi
perdagangan. Kawasan Kapuas-Kahayan bersama penduduknya masih terisolasi
sekian lama dari hubungan dengan dunia luar.
Bulan Pebruari 1860, dalam rangka mengawasi
lalu lintas perairan di kawasan Kapuas, pihak Belanda membangun sebuah
Fort (benteng) di Ujung Murung dekat muara Sungai Kapuas, sekitar rumah
jabatan Bupati Kapuas sekarang. Bersama dengan adanya benteng di tempat
tersebut, lahirlah nama “Kuala Kapuas” yang diambil dari sebutan
penduduk setempat, yang sedianya menyebutkan dalam Bahasa Dayak Ngaju
“Tumbang Kapuas”. Seiring dengan itu ditempatkanlah seorang pejabat
Belanda sebagai Gezaghebber (pemangku kuasa) yang dirangkap oleh
komandan benteng yang bersangkutan, sehingga kawasan Kapuas-Kahayan
tidak lagi berada dibawah pengawasan pemangku kuasa yang berkedudukan di
Marabahan. Disamping itu ditunjuklah pejabat Temanggung Nicodemus Ambu
sebagai kepala distrik (districtshoofd).
Sementara
itu perkampungan diseberang, yakni di Kampung Hampatung yang menjadi
tempat kediaman kepala distrik yang pada saat itu bertempat disekitar
Sei Pasah. Sejak terbentuknya Terusan Anjir Serapat Tahun 1861,
berangsur-angsur berubah dari pemukiman rumah adat betang menjadi
perkampungan perumahan biasa. Selanjutnya bertambah lagi Stasi Zending
di Barimba pada Tahun 1968, disusul munculnya perkampungan orang Cina
diantara Kampung Hampatung dan Barimba, serta terbentuknya perkampungan
dengan nama Kampung Mambulau disekitar Kampung Hampatung.
Dari berbagai peristiwa dan keterangan
tersebut, akhirnya dijadikan sebagai acuan untuk Hari Jadi Kota Kuala
Kapuas, yaitu dari bermulanya Betang Sei Pasah yang didirikan sebagai
satu-satunya pemukiman adat yang tertua dilingkungan batas Kota Kuala
Kapuas (yang masih utuh sewaktu permulaan pembangunan kota ketika
Temanggung Nicodemus Jayanegara). Penyempurnaan buku sejarah Kabupaten
Kapuas pada tanggal 1-2 Desember 1981 di Kuala Kapuas, menetapkan Hari
Jadi Kota Kuala Kapuas pada tanggal 21 Maret 1806 berdasarkan atas
berdirinya Betang Sei Pasah pada tahun 1806.
Terbentuknya Pemerintah Kabupaten Kapuas,
sejak Proklamasi Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 saat
kedatangan pasukan Australia yang bertugas melucuti senjata Jepang
dibawah pimpinan Kolonel Robson yang ikut membonceng rombongan orang
Belanda dari organisasi bersenjata NICA dibawah pimpinan Mayor Van
Assendep. Sebelum pasukan Australia meninggalkan Banjarmasin pada
tanggal 24 Oktober 1945 pihak NICA telah menyusun administrasi
pemerintahan untuk wilayah Borneo Selatan dibawah pimpinan Residen Abley
sampai awal Desember 1945. Pihak Belanda belum menjamah daerah Kapuas
sekalipun instruksi mereka telah disampaikan kepada para pejabat
Indonesia yaitu para mantan Guncho (Kepala Distrik) di Kuala Kapuas dan
Kuala Kurun untuk melakukan tugas pemerintahan sebagaimana biasa dan
untuk pertama kalinya pihak pejabat setempat (Hoofd Van Plaatselijk
Bestuur) pada masa sebelumnya dijabat oleh seorang Belanda Gezaghebber
ataupun kontrolir ditempat yang bersangkutan.
Pada tanggal 17 Desember 1945 pihak Belanda
/ NICA datang langsung ke Kuala Kapuas dengan melewati perlawanan
rakyat oleh Haji Alwi disekitar kilometer 9,8 Anjir Serapat. Pada tahun
1964 dengan mantapnya kekuasaan Belanda di Kalimantan, daerah Kapuas
sedikit dimekarkan dengan membentuk onderdistrick baru yaitu
onderdistrik Kapuas Hilir beribukota Kuala Kapuas, onderdistrik Kapuas
Barat beribukota Mandomai, onderdistrik Kapuas Tengah beribukota Pujon,
onderdistrik Kahayan Tengah beribukota Pulang Pisau, dan onderdistrik
Kahayan Hulu beribukota Tewah.
Pada akhir tahun 1946 (tanggal 27 Desember
1946) di Banjarmasin terbentuk Dewan Daerah Dayak Besar, yaitu suatu
Badan Pemerintah Daerah yang meliputi Apdeling Kapuas Barito (tidak
termasuk Lanshap Kotawaringin) atas dasar Zelfbestuurs Regeling /
Reheling (peraturan swapraja) tahun 1938 sebagai ketua adalah Groeneveld
(eka asisten residen), wakil ketua Raden Cyrillus Kersanegara dan
sekretaris Mahar Mahir. Hasil pemilihan anggota Dewan Dayak Besar,
terpilih sebagai ketua Haji Alwi, wakil ketua Helmuth Kunom, sekretaris
Roosenshoen, anggota badan pengurus harian adalah Markasi dari Sampit,
Barthleman Kiutn dari Barito, Adenan Matarip dan Ed. Tundang dari
Kapuas.
Pada tanggal 14 April 1950 atas dasar
tuntutan rakyat dengan didasari keyakinan sendiri untuk memenuhi
aspirasi rakyat, pihak Dewan Daerah Dayak Besar menentukan sikap
peleburan diri secara resmi ke dalam Negara Republik Indonesia dengan
Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor: C.17/15/3 Tanggal 29 Juni
1950, menetapkan tentang Daerah-Daerah di Kalimantan yang sudah
bergabung dalam Republik Indonesia dengan administrasi pemerintahnya
terdiri dari 6 daerah Kabupaten yaitu Banjarmasin, Hulu Sungai, Kota
Baru, Barito, Kapuas dan Kotawaringin, serta 3 daerah swapraja yaitu
Kutai, Berau dan Bulongan.
Pada
akhir tahun 1950 kepala kantor persiapan Kabupaten Kapuas Wedana F.
Dehen memasuki usia pensiun dan diserahkan kepada Markasi (mantan
anggota Dewan Daerah Dayak Besar). Kemudian pada bulan Januari 1951,
Markasi diganti oleh Patih Barnstein Baboe.
Pada hari Rabu tanggal 21 Maret 1951, di
Kuala Kapuas dilakukan peresmian Kabupaten Kapuas oleh Menteri Dalam
Negeri dan sekaligus melantik para anggota Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Sementara. Pada saat itu Bupati belum terpilih dan sementara
diserahkan kepada Patih Barnstein Baboe selaku kepala eksekutif.
Pada awal Mei 1951 Raden Badrussapari
diangkat selaku Bupati Kepala Daerah Kabupaten Kapuas yang pertama.
Pelantikannya dilaksanakan pada tanggal 9 Mei 1951 oleh Gubernur
Murdjani atas nama Menteri Dalam Negeri.
Oleh masyarakat Kabupaten Kapuas setiap
tanggal 21 Maret dinyatakan menjadi Hari Jadi Kabupaten Kapuas dan
bertepatan dengan peresmian Pemerintah Daerah Kabupaten Kapuas.
Pada tahun 2002 Kabupaten Kapuas telah
dimekarkan menjadi 3 (tiga) kabupaten yaitu Kabupaten Kapuas sebagai
kabupaten induk dengan ibukota Kuala Kapuas, terdiri dari 12 kecamatan;
Kabupaten Pulang Pisau dengan ibukota Pulang Pisau, terdiri dari 6
kecamatan, dan Kabupaten Gunung Mas dengan ibukota Kuala Kurun terdiri
dari 6 kecamatan.
Bupati Kapuas Dari Periode Ke Periode
G. Obos – Periode 1955-1958
2Y. C. Rangkap – Periode 1958-1960
3Ben Brahim – Periode 1958-1960
4Piter K. Sawong – Periode 1960-1962
5E. Mahar – Periode 1962-1964
6L. B. Binti – Periode 1964-1966
7Untung Surapati – Periode 1966-1975
8B.A. Tidja – Periode 1975-1976
9H. Moch. Adenan – Periode 1976-1988
1H. Endang Kosasih – Periode 1988-1993
1H. Odji Durachman – Periode 1993-1998
1Ir. H. Burhanudin Ali – Periode 1998-2008
1Ir. H. M. Mawardi, MM – Periode 2008-2013
Ir. Ben Brahim S. Bahat – Periode 2013-2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar